Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Monday, October 26, 2009

Di Indonesia, Tiap Menit 1 Orang Mati Karena Rokok

/ On : 5:01 AM/ Thank you for visiting my small blog here. If you wanted to discuss or have the question around this article, please contact me cahyo_onsby@yahoo.com.


Merokok sangat berbahaya, bahkan di Indonesia setiap menitnya 1 orang mati karena aktifitas ini. Pernyataan ini disampaikan IMAM S. MOCHNY pakar kesehatan FKM Unair.

IMAM mengatakan tahun 2008 jumlah perokok aktif di Indonesia naik menjadi 72 juta orang, menempatkan Indonesia di peringkat 3 jumlah perokok terbanyak sedunia.

“Dari jumlah tersebut 70% berasal dari kalangan kelas ekonomi miskin. Mereka ini mana punya uang untuk membeli pharmacotherapy (sejenis obat untuk mengurangi keinginan merokok) seperti Champix yang harganya mahal jika ingin berhenti merokok,” kata IMAM pada suarasurabaya.net, Jumat (23/10).

Padahal IMAM mengatakan rata-rata 12,43-20% gaji orang Indonesia digunakan untuk membeli rokok. Jika kebetulan berasal dari keluarga miskin, penghasilannya akan semakin menipis hanya untuk membeli rokok. Angka kekurangan gizi untuk anak warga miskin juga masih tetap ada bisa jadi juga karena hal ini.

“Penelitian pun membuktikan kalau 80% dari Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk warga miskin digunakan warga untuk membeli rokok. Ini kan sama saja, tidak ada bedanya,” ujar IMAM.

Akibat kebiasaan merokok di Indonesia yang tinggi ini, sebanyak 60% dari total penduduk Indonesia mempunyai resiko tidak sehat. Untuk biaya perawatan penyakit-penyakit yang terkait dengan kebiasan merokok dibutuhkan sekitar Rp 125 triliun per tahun.

“Tetapi untuk tahun 2010, Menteri Kesehatan hanya menganggarkan Rp 20,8 triliun untuk semua departemen kesehatan. Ini kan ironis sekali,” tutur IMAM.

Selama ini menurut IMAM alasan tetap adanya industri produksi rokok adalah karena industri ini menyumbangkan pajak yang tinggi dalam pendapatan negara. Padahal nyatanya hanya sekitar 5-7% dari seluruh pendapatan negara yang diterima dari industri rokok ini.

Harusnya industri rokok ini melakukan diversifikasi usaha non-rokok. Program diversifikasi ini sudah diterapkan di Bangladesh dan dapat berhasil dengan baik. Bahkan dengan program ini pendapatan negara meningkat.

“Jika ini berhasil di terapkan di Bangladesh, kenapa tidak bisa diterapkan di Indonesia,” tantang IMAM.(far/ipg)

No comments: