Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Monday, October 26, 2009

Berdasarkan Penelitian, MSG Tidak Baik untuk Kesehatan Mata

/ On : 4:38 AM/ Thank you for visiting my small blog here. If you wanted to discuss or have the question around this article, please contact me cahyo_onsby@yahoo.com.

Apakah Anda pecandu monosodium glutamate (MSG); dan amat yakin tak bakal dapat menyingkirkannya dari masakan? Jika begitu, pikirkan kembali, sebelum semuanya berubah memburuk. Ternyata MSG adalah gunting yang cukup tajam untuk sekadar memutuskan syaraf mata.

MSG atau monosodium glutamat sangat terkenal di Indonesia. Bahan kimia yang juga sering disebut ‘penyedap rasa’, ‘vetsin’, atau ‘mecin’ ini tak pernah luput dicampurkan ke dalam masakan, baik yang dimasak di rumah, di kaki lima, sampai di restoran. MSG juga terdapat di aneka snack yang biasa dikonsumsi orang dewasa dan anak-anak.
MSG ditambahkan ke setiap makanan karena ada anggapan bahwa masakan tanpa MSG terasa hambar dan tidak menggugah selera. Selain itu, kandungan MSG juga banyak terdapat di snack atau makanan ringan, chinese food, makanan instan (seperti mie instan), dan masih banyak lagi. Harganya yang murah membuat pemakaiannya meluas di mana-mana. Meski begitu, banyak kalangan yang berpendapat bahwa MSG yang berlebihan sangat berbahaya untuk kesehatan tubuh. Di pihak lain, produsen MSG dengan bersemangat berbicara bahwa hal itu tidak benar.
MSG dan kesehatan mata

Kenyataan bahwa MSG dapat merusak mata bukanlah omong kosong. Kabar ini berasal dari negara asal MSG, Jepang. Hiroshi Ohguro, peneliti pada Departemen Kedokteran Mata, Hirosaki University School of Medicine di Hirosaki, adalah orang yang menemukan hubungan antara MSG dan kesehatan mata. Ohguro yang telah mempublikasikan penelitiannya di jurnal kedokteran bergengsi, Experimental Eye Research, mengatakan bahwa menu makanan yang mengandung MSG berlebihan dapat mencederai retina, menyebabkan glaukoma, dan pada akhirnya menyebabkan kebutaan.

Senyawa kimia ini mulanya membuat mata mengidap glaukoma, kemudian mengganggu kesehatan syaraf-syaraf mata, dan akhirnya memutuskannya. Syaraf mata adalah ‘kabel’—jumlahnya jutaan—yang meneruskan sinyal yang diterima retina (jaringan mata yang peka sinar di belakang bola mata) ke otak. Jika kabel ini putus, penglihatan hilang.

Ohguro tidak membuktikan pengaruh buruk MSG pada manusia, karena tidak ada yang bersedia menjadi buta hanya untuk membuktikan keterkaitan MSG dan glaukoma. Ohguro membuktikannya pada tikus percobaan laboratorium. Ia membagi tikusnya dalam tiga grup. Kelompok pertama menerima makanan berkadar MSG tinggi, 20 persen dari total berat menu makanan. Kelompok tikus kedua menerima MSG berkadar sedang. Sedangkan yang ketiga mendapatkan makanan steril MSG.

Setelah enam bulan, tikus yang mendapatkan makanan kaya MSG menderita penipisan lapisan-lapisan syaraf retina hingga 75 persen. Ketika dilakukan pengujian untuk mengukur tanggapan retina terhadap sinar, tikus-tikus itu mengalami gangguan penglihatan. Tikus yang memakan menu berkadar MSG sedang juga mengalami kerusakan retina mata, meski lebih ringan. Sementara itu, retina tikus yang mendapat makanan tanpa MSG baik-baik saja. Menurut Ohguro, penelitian ini menunjukkan kerusakan mata dapat disebabkan oleh MSG, atau sebaliknya.
Sejarah MSG

MSG dibuat melalui proses fermentasi dari tetes-gula (molases) oleh bakteri (brevi-bacterium lactofermentum). Dalam peroses fermentasi ini, pertama-tama akan dihasilkan asam glutamat. Asam glutamat yang terjadi dari proses fermentasi ini, kemudian ditambahkan soda (sodium carbonate), sehingga akan terbentuk monosodium glutamat.

MSG sendiri tidak berasa, namun bila digabungkan dengan rasa yang lain, maka ia akan memperkuat rasa tersebut. Pada dasarnya, MSG bukanlah sebagai penyedap masakan, tapi penguat rasa. MSG bekerja dengan memperkuat rasa masakan yang telah ada, seperti rasa asin, gurih, manis, atau pahit, sehingga masakan menjadi lebih enak. Jadi bisa dibilang MSG mempertegas karakter rasa yang kita kecap di lidah.

MSG pertama kali dipakai sebagai bumbu masak di Jepang. Bentuknya dulu belum seperti sekarang, masih berupa ganggang laut yang disebut kombu. Setelah selama ribuan tahun menggunakan kombu sebagai penyedap masakan, pada tahun 1908 diketahui bahwa inti dari rasa sedap kombu adalah glutamate, asam amino yang secara alamiah ditemukan dalam protein pada daging, sayur-mayur, unggas, dan susu. Sejak 1956, mulailah diproduksi glutamate sintetsis atau MSG, menggantikan kombu yang harganya mahal.
Melepaskan diri dari MSG

Secara lebih lanjut, Ohguro juga menjelaskan bahwa penelitiannya juga bisa digunakan untuk menjelaskan mengapa tingkat penderita glaukoma di Asia Timur sangat tinggi. Asia Timur meliputi negara-negara Jepang, Cina, dan negara lain di sekitarnya. Seperti Anda ketahui, menu makanan oriental sangat sarat MSG.

Jika begitu, bagaimana caranya mendapatkan pengganti MSG? Sekadar tips, untuk membuat masakan lebih sedap, coba gunakan bumbu bawang merah, bawang putih, tomat, gula, garam, kaldu ayam atau sapi alami, dan bumbu dapur lainnya yang mengandung senyawa glutamate alami. Anda memang harus lebih sibuk, tetapi kehilangan penglihatan akan lebih mengerikan.

Setelah yakin, atau paling tidak Anda merasa dapat membebaskan diri dari MSG, mulailah juga menyortir bumbu masak. Bagaimanapun, di luar produk MSG itu sendiri, ada banyak makanan yang beredar di pasaran yang menggunakan senyawa ini untuk membuat rasanya lebih lezat. Untunglah ada kewajiban produsen untuk mencantumkan kandungan senyawa pada produknya, jadi pastikan Anda menyingkirkan setiap produk yang mencantumkan tulisan ‘mengandung penyedap rasa’.

sumber : http://www.hanyawanita.com/_food/kitchen_solution/article.php?article_id=9838

No comments: